Kamis, 08 Maret 2012

bahan karya ilmiah

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Masalah
1.1.1 Latar Belakang
Sebagai bangsa Indonesia kita pantas berbangga diri karena memiliki suatu bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Bahasa ini mempersatukan segenap suku bangsa yang ada di Indonesia. Berbicara mengenai bahasa Indonesia kita tidak lepas dari masalah bahasa daerah. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia sangat erat hubungannya dengan bahasa daerah. Kita tahu bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, tetapi dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya bahasa Melayu sebagai dasar bahasa Indonesia.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Manusia menjadi akrab dengan bahasa, karena berbahasa manusia dapat mengungkapkan suatu gagasan, keinginan sehingga adanya komunikasi timbal balik antara pembicara dengan lawan bicara.   
Badudu (1988:7) mengatakan, Bahasa daerah yang masih dipakai sebagai alat penghubung yang hidup dan dibina oleh masyarakat pemakainya dan dipelihara oleh negara, karena ia merupakan bagian dari kebudayaan bangsa yang hidup, politik bahasa nasional, harus memperhitungkan kelangsungan hidup bahasa daerah, karena kekayaan kebudayaan kita dan bahasa daerah selalu dapat kita manfaatkan bagi perkembangan bahasa Indonesia. Dalam penentuan kebijaksaan ketentuan bahasa nasional, bahasa daeran tertentu perlu dikembangkan dan dibakukan. Jika dikehendaki oleh penuturnya bahasa daerah yang besar jumlah penuturnya dapat diajarkan di sekolah sebagaimana pelajaran walaupun tidak lagi dipergunakan sebagai bahasa pengantar. Harus juga diketahui berapa jauh bahasa yang daerah yang ada, berapa jumlah penduduk bahasa daerah yang ada, bahasa daerah yang mana yang haru diteliti dan didokumentasikan, disusun kaidahnya, kamusnya, agar bahasa daerah tersebut dapat dipelihara. Proritas bahasa daerah perlu bagi bahasa itu sendiri, bagi keperluan studi perbandingan dan bagi perkembangan bahasa nasional.


Bahasa adalah sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Negara Indonesia memiliki beragam suku, budaya dan bahasa, yang salah satunya adalah bahasa Jawa.
Salah satu bahasa daerah yang populer di Indonesia adalah bahasa Jawa, karena orang yang berasal dari pulau Jawa mayoritas banyak yang bertransmigrasi atau pun merantau ke daerah-daerah lain yang ada di Indonesia, salah satunya adalah di Riau ini, yaitu sekitar 30% masyarakatnya adalah berasal dari Jawa. Bahasa Jawa juga sangat berpengaruh besar terhadap masyarakat Jawa khususnya dalam menggunakan dan mengucapkan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sangat banyak sekali pengucapan kata-kata yang tidak sesuai dengan aturan-aturan bahasa Indonesia yang diucapkan oleh masyarakat yang berasal dari Jawa. Baik dalam pengucapan diftong, fonem dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia.
Dasar pemikiran
Bahasa Jawa dipakai oleh sebagian besar penududuk Indonesia. Penutur asli bahasa jawa tidak saja menghuni sebagian besar pulau Jawa, tetapi juga tersebar diseluruh Indonesia. Penyebaran ini diduga telah berjalan cukup lama dengan adanya program nasional transmigrasi secara dominan makin ditingkatkan.
      Bahasa Jawa sebagai salah satu bahasa daerah di Indonesia barangkali merupakan bahasa daerah yang terpenting. Penuturnya hampir 50% dari jumlah penduduk Indonesia. Bahasa Jawa sebagai bahasa yang masih hidup tidak akan terlepas dari adanya kontak dengan bahasa lain, khususnya bahasa Indonesia. Adanya pengaruh bahasa lain dalam bahasa Jawa menunjukkan bahwa bahasa Jawa adalah bahasa yang masih mempengaruhi bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang kosakata.
Alasan memilih judul
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman sehari-hari, bahwa dalam menggunakan bahasa Indonesia, sebagian besar penutur asli bahasa Jawa di sana-sini menyelipkan kata atau wujud lain bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Kenyataannya, penyebaran penutur asli bahasa Jawa dan pergaulan pengaruh timabal balik juga terjadi antara bahasa Jawa dan bahasa-bahasa lain di Indonesia. Di samping itu perkembangan ilmu bahasa (linguistik) Indonesia dan pemahaman arah perkembangan bahasa Jawa mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia.
Manfaat teoretis dan manfaat praktis
Manfaat teoritis adalah bahasa Jawa harus tetap dipertahankan dan dipelihara, karena bahasa Jawa adalah termasuk budaya Indonesia yang harus tetap dibina dan dilestarikan. Sedangkan manfaat praktisnya adalah bahasa Jawa juga mampu mendukung perkembangan bahasa Indonesia, yaitu dalam bentuk penyerapan kosakata dari bahasa Jawa tersebut.










1.1.2        Rumusan Masalah
1.1.2.1 Apakah pengertian bahasa?
1.1.2.2  Apakah yang dimaksud hakikat bahasa?
1.1.2.3  Apa pengaruh bahasa Jawa terhadap bahasa Indonesia?
1.1.2.4  Apakah fakta bahwa  bahasa Jawa berpengaruh terhadap bahasa Indonesia?

1.2    Tujuan Penelitian
1.2.1 Untuk mengetahui pengertian bahasa
1.2.2 Untuk mengetahui hakikat bahasa
1.2.3 Untuk mengetahui pengaruh bahasa Jawa terhadap bahasa Indonesia
1.2.4 Untuk mengetahui fakta bahwa bahasa Jawa berpengaruh terhadap bahasa Indonesia









BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bahasa
Menurut KBBI (2002: 88) “ Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.” Indonesia memiliki keragaman bahasa dan dialek yang luar biasa. Ada lebih dari ratusan bahasa dan dialek yang tersebar di seluruh pulau nusantara. Bahkan di dalam satu pulau pun, bisa terdapat puluhan bahasa yang berbeda satu sama lain. Namun pada dasarnya, perbedaan itu tidak menjadi sebuah penghalang masayarakat Indonesia dalam berkomunikasi. Masyarakat Indonesia sejak berabad-abad yang lalu telah menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa pemersatu. Seseorang dari pulau Jawa yang ingin berdagang dengan orang Sumatra, tidak perlu khawatir dalam komunikasi, karena ada bahasa Melayu sebagai penghubungnya. Oleh karena itu, bermula dari bahasa pemersatu inilah, bahasa Indonesia dapat berkembang dan terbukti hingga saat ini mampu mempersatukan keanekaragaman bangsa Indonesia.
2.2 Hakikat Bahasa
      Menurut Atmazaki (2006:2-4) mengatakan bahwa hakikat bahasa: pertama, bahasa mempunyai dan diatur oleh suatu sistem, bukan suatu yang berserakan tanpa aturan. Sebagai suatu sistem (sistematis), bahasa dapat diuraikan atas satuan-satuan terbatas yang berkombinasi dengan kaidah-kaidah yang dapat diramalkan. Selain itu bahasa juga sistemis, artinya bahasa itu bukanlah sistem yang tunggal, melainkan terdiri atas beberapa subsistem, seperti fonologi (sistem bunyi), tata bahasa (sistem pembentukkan), dan leksikon (sistem kosakata).
Kedua, bahasa merupakan sistem lambang, yaitu sejenis simbol yang disepakati oleh susatu kelompok masyarakat untuk memahami suatu reaksi terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasa, dan sebagainya. Pemahaman terhadap reaksi itu sama bagi anggota suatu masyarakat itu. Semua anggota suatu masyarakat akan memberikan reaksi dengan mengucapkan kata “Laut!” ketika melihat air tak terbatas, “Gunung!” ketika melihat gundukkan tanah yang menjulang tinggi. Reaksi dalam bentuk kata-kata itulah yang disebut dengan symbol yang konvensional.
Ketiga, bahasa mempunyai makna. Bahasa mewakili sesuatu, baik berupa benda maupun tindakkan yang berkaitan dengan segala aspek kehidupan dan alam sekitar msyarakat pemakainya. Bahasa merupakan suatu sistem bentuk makna (form-meaning). Jika tidak bermakna maka tidak dapat dikatakan bahasa dan jika tidak berbentuk juga tidak dapat dikatakan bahasa. Gerak-gerik yang bermakna bukan bahasa, bunyi-bunyi yang tidak beraturan juga bukan bahasa.
Keempat, tanda bahasa bersifat konvensional. Hubungan antara tanda dan artinya merupakan kesepakatan yang arbitrer sehingga harus dipelajari dan disepakati oleh para pemakainya. Kearbitreran itu dapat dilihat dari beragamnya nama benda yang sama pada masyarakat bahasa yang berbeda. Orang Inggris menyebut house, sedangkan orang Arab menyebut bait untuk makna yang disebut “rumah” oleh orang Indonesia.
Kelima, bahasa merupakan sistem bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Berbagai bunyi yang dapat dihasilkan menimbulkan sistem bunyi dan akhirnya menimbulkan sistem kosakata dan sistem-sistem yang lebih besar. Huruf-huruf yang dipakai sebagai lambang bahasa tertulis hanyalah tiruan bunyi yang diciptakan manusia untuk keperluan pewarisan kebudayaannya, tetapi sifatnya tetap sekunder, karena kenyataannya, manusia dapat berbahasa tanpa mengenal tulisan.
 Keenam, bahasa bersifat produktif. Unsur-unsur bahasa yang jumlahnya terbatas dapat digunakan secara tidak terbatas oleh pemakainya. Dari beberapa puluh bunyi yang dapat diucapkan manusia dapat dibuat kombinasi-kombinasi untuk menghasilkan berpuluh ribu kosakata; dari beberapa puluh huruf dapat dituliskan berpuluh ribu kata. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, dari 27 fonem dapat dihasilkan kurang lebih 200.000 kata; dari lima tipe kalimat bahasa Indonesia (pernyataan, pertanyaan, perintah, keinginan dan seruan) dapat disusun beribu-ribu kalimat.
Ketujuh, bahasa bersifat unik. Setiap bahasa mempunyai sistem yang khas yang mungkin tidak dipunyai oleh bahasa yang lain. Bahasa Inggris (asing) dan bahasa Gorontalo (daerah) mempunyai sistem kala (tenses), tetapi bahasa Indonesia dan bahasa Minangkabau tidak mempunyai sistem kala.
Kedelapan, bahasa juga bersifat universal, artinya sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu bahasa juga dimiliki oleh bahasa lain. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi, morfologi dan sintaksis dalam keunikkan masing-masing sistem itu.
Kesembilan, bahasa bervariasi ketika digunakan pemakainya. Oleh karena pemakaian bahasa beragagam dari berbagai segi (usia, kelamin, pendidikan, status, tingkat sosial ekonomi, dan lain-lain). Maka realisasi bahasa juga beragam. Hal yang dimaksud dengan realisasi bahasa adalah bagaimana mengungkapkan sesuatu dengan bahasa.
Kesepuluh, bahasa merupakan sarana pengidentifikasian diri. Kelompok sosial mengidentifiskan dirinya dengan bahasa yang mereka gunakan. Dengan berbahasa, mereka dapat dibedakan dengan kelompok sosial lainnya, bahkan dengan bangsa lainnya. Ketika bertemu dengan sesama suku bangsa, suatu kelompok cenderung berbicara dengan bahasa suku bangsanya. Meskipun berasal dari kelompok pengguna bahasa yang sama, tetapi kita dapat membedakan orang yang beradab atau kurang beradab setelah mendengarkan cara berbahasanya. Dari sinilah muncul ungkapan “bahasa menunjukkan bangsa”.
2.3 Pengaruh Bahasa Jawa Terhadap Bahasa Indonesia
Di samping perluasan terhadap penggunaan bahasa Indonesia, ternyata hal tersebut tidak serta merta menghapus bahasa ibu atau bahasa kedaerahan. Bahasa daerah asal tetap digunakan oleh para penutur bahasa Jawa untuk berkomunikasi dengan masyarakat yang satu daerah dan satu bahasa. Hal tersebut mencerminkan ragam daerah dan bahasa yang sudah sejak dahulu dimiliki oleh bangsa Indonesia, namun dengan demikian juga akan menimbulkan pengaruh negatif, salah satu dampak negatifnya adalah ketika masyarakat yang terbiasa menggunakan bahasa daerah masing-masing, maka ketika menggunakan bahasa Indonesia yang baku, banyak kesalahan dalam pengucapan kata-kata yang ada pada bahasa Indonesia itu sendiri, semua itu terjadi karena tidak dibiasakannya menggunakan bahasa Indonesia ketika berada di lingkungan tempat tinggalnya sehari-hari. Namun, dengan terjadinya hal tersebut, tetap ada pengaruh positifnya. Yaitu, bangsa Indonesia tetap memiliki karakter yang berasal dari kearifan daerah masing-masing. Sama halnya seperti bahasa daerah, para penutur asli tetap mempertahankannya, karena di sanalah terdapat identitas dan karakter sebuah masyarakat. Meskipun tak dapat dipungkiri bahwa perubahan itu akan selalu ada terkait dengan kodrat manusia sebagai makhluk yang dinamis.
Salah satu bahasa daerah yang populer di Indonesia adalah bahasa Jawa, karena orang yang berasal dari pulau Jawa mayoritas banyak yang bertransmigrasi ataupun merantau ke daerah-daerah lain yang ada di Indonesia, salah satunya adalah di Riau ini. Bahasa Jawa juga sangat berpengaruh besar terhadap masyarakat Jawa khususnya dalam menggunakan dan mengucapkan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
2.3.1        Pengaruh Positif
2.3.1.1 Bahasa Indonesia memiliki banyak kosakata.
Dengan adanya bahasa Jawa dan daerah yang lain, membuat bahasa Indonesia menjadi kaya dengan kosakata yang diambil dari kata-kata serapan yang berasal dari bahasa Jawa. Bahasa Jawa dan juga bahasa dari daerah-daerah lain yang ada, cukup banyak berpartisipasi memberikan kata-kata serapan kepada bahasa Indonesia yang baku.
Contohnya:
1.      Mantan artinya bekas
2.      Ampuh artinya mempunyai kekuatan gaib yang luar biasa
2.3.1.2  Sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Dengan banyaknya budaya dan bahasa yang ada di Indonesia, menjadikan Indonesia memiliki berbagai macam budaya yang berbeda-beda dan sangat banyak, namun dapat bersatu di Indonesia menjadi kesatuan yang seutuhnya. Keaneragaman yang sangat banyak tersebut, memberi kesan yang unik terhadap budaya Indonesia
Bahasa sebagai alat penyebaran budaya, karena dengan bahasa masyarakat dapat membawa dan mengajarkan budaya-budaya yang berasal dari Jawa ke daerah lain.
Contoh: Pertunjukkan wayang kulit, kethoprak, ludruk, reog, dan lain-lain. Kesenian-kesenian tersebut menggunakan bahasa Jawa sebagai medianya.


2.3.1.3  Sebagai identitas dan ciri khas dari suatu suku dan daerah.
Dengan adanya keaneragaman bahasa, maka akan membentuk Indonesia dari perbedaan yang sangat jauh berbeda latar belakangnya dan memiliki ciri khas pada daerahnya masing-masing. Ciri-ciri tersebut dapat dilihat dari dialeg dan idiolegnya ketika orang Jawa sedang berbicara
2.3.1.4  Menimbulkan keakraban dalam berkomunikasi.
Ketika masyarakat pada suatu daerah berkomunikasi dengan masyarakat yang lainnya, dan pada saat itu mereka sedang berada di luar daerahnya, maka akan terjadi keakraban dan kenyamanan dalam berkomunikasi karena sedang berbicara dengan orang yang berasal satu daerah dan satu bahasa. Mereka merasa menjadi keluarga besar ketika berada di luar daerah lingkungan tempat tinggalnya. Berbicara dengan orang yang berasal dari daerah yang sama akan merasa senasib dan sepenanggungan.  
Contoh: Mahasiswa yang berasal dari daerah Jawa atau keturunan Jawa, yang sedang berkuliah di universitas yang berada di luar pulau Jawa dan berjumpa dengan teman yang berasal dari Jawa pula, maka akan terasa lebih akrab apabila menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi. Begitu juga dengan suku-suku lain akan terjadi hal yang sama.


2.3.2        Pengaruh negatif
2.3.2.1  Bahasa Jawa yang satu sulit dipahami oleh daerah lain.
Bahasa daerah di Indonesia sangat banyak ragam dan jenisnya, maka tidak mungkin masyarakat dapat paham dan mengerti akan semua bahasa daerah yang ada di Indonesia. Misalnya pada bahasa Jawa, dalam bahasa Jawa saja sudah terdapat beberapa tingkatan bahasa yang sangat jauh berbeda kata-kata dan maknanya, tingkatan tersebut ditentukan oleh tingkatan usia bagi yang akan berkomunikasi, misalnya dalam percakapan antara anak remaja dan orang tua, maka bahasa sangat berbeda antara anak remaja dan orang tua tersebut.
Dalam bahasa Jawa mengenal tingkatan dalam berkomunikasi.
Bahasa Indonesia: “Maaf, saya mau tanya rumah Kak Budi itu, di mana?”
1. Ngoko kasar: “Eh, aku arep takon, omahé Budi kuwi, nèng*ndi?’
2. Ngoko alus: “Aku nyuwun pirsa, dalemé mas Budi kuwi, nèng endi?”
3. Ngoko meninggikan diri sendiri: “Aku kersa ndangu, omahé mas Budi kuwi, nèng ndi?”
4. Madya: “Nuwun sèwu, kula ajeng tanglet, griyané mas Budi niku, teng pundi?”
5. Madya alus: “Nuwun sèwu, kula ajeng tanglet, dalemé mas Budi niku, teng pundi?”
6. Krama andhap: “Nuwun sèwu, dalem badhé nyuwun pirsa, dalemipun mas Budi punika, wonten pundi?”
7. Krama: “Nuwun sewu, kula badhé takèn, griyanipun mas Budi punika, wonten pundi?”
8. Krama inggil: “Nuwun sewu, kula badhe nyuwun pirsa, dalemipun mas Budi punika, wonten pundi?”
2.3.2.2  Masyarakat menjadi kurang paham dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baku karena sudah terbiasa menggunakan bahasa Jawa.
Dalam kesehariannya masyarakat sering menggunakan bahasa Jawa, maka ketika akan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, maka masyarakat akan kesulitan karena terpengaruh dari bahasa Jawa yang biasa digunakannya, baik secara lisan maupun secara terulis..
Contohnya:
1.      Gunting menjadi gunteng
2.      Indonesia menjadi Endonesia
3.      Tupai menjadi tupe
4.      Dumai menjadi Dume
5.      Bangau menjadi bango
6.      Bangun menjadi bangon
2.4     Fakta-Fakta Bahwa Bahasa Jawa Berpengaruh Terhadap Bahasa Indonesia
Sangat banyak sekali pengucapan kata-kata yang tidak sesuai dengan aturan-aturan bahasa Indonesia yang diucapkan oleh masyarakat yang berasal dari Jawa. Baik dalam pengucapan diftong, fonem dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia. Pada umumnya penutur bahasa Indonesia yang asli dari Jawa, akan mengucapkan kata-kata pada bahasa Indonesia sesuai dengan lugat Jawa.
Pengamatan pada mahasiswa yang berasal dari Jawa, serta masyarakat yang lingkungan tempat tinggalnya mayoritas adalah penutur bahasa Jawa asli, maka terdapat beberapa fakta yang berpengaruh besar terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baku, dan salah satu hal yang signifikan kesalahannya adalah pada penuturan atau pengucapannya. Contoh kata-kata baku bahasa Indonesia yang tidak tepat dalam pengucapannya karena pengaruh fonem adalah:
1.   Menggunakan menjadi menggunaken
2.   Mantap menjadi mantep
3.   Benar menjadi bener
Masih banyak lagi kata-kata baku dalam bahasa Indonesia yang tidak tepat dalam pengucapannya, karena pengaruh bawaan dari penutur bahasa tersebut.












BAB III KESIMPULAN
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Indonesia memiliki keragaman bahasa dan dialek yang luar biasa. Ada lebih dari ratusan bahasa dan dialek yang tersebar di seluruh pulau nusantara, salah satunya adalah bahasa Jawa.
Pada hakikatnya bahasa mempunyai dan diatur oleh suatu sistem, bukan suatu yang berserakan tanpa aturan. Bahasa merupakan sistem lambang, sistem bunyi, mempunyai makna, bersifat konvensional, produktif, unik, universal, bervariasi dan sarana pengidentifikasian diri.
Bahasa Jawa sangat berpengaruh besar terhadap masyarakat Jawa. khususnya dalam menggunakan dan mengucapkan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Salah satu dampak negatifnya adalah ketika masyarakat yang terbiasa menggunakan bahasa Jawa, maka ketika menggunakan bahasa Indonesia yang baku, banyak kesalahan dalam pengucapan kata-kata yang ada pada bahasa Indonesia itu sendiri. Sedangkan dampak positifnya adalah bangsa Indonesia tetap memiliki karakter yang berasal dari kearifan daerah masing-masing. Sama halnya seperti bahasa Jawa, para penutur asli tetap mempertahankannya, karena di sanalah terdapat identitas dan karakter sebuah masyarakat.
Dari pengamatan yang dilakukan, mahasiswa yang berasal dari Jawa dan masyarakat yang lingkungan tempat tinggalnya mayoritas adalah penutur bahasa Jawa asli. Maka terdapat beberapa fakta yang berpengaruh besar terhadap penggunaan bahasa Indonesia, dan salah satu hal yang signifikan kesalahannya terletak pada penuturan atau pengucapannya.

DAFTAR  PUSTAKA
Atmazaki. 2006. Kiat-kiat Mengarang dan Menyunting. Padang: Citra Budaya
Badudu,J.S. 1988. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Chaer,Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2003. Jakarta: Balai Pustaka
Rusydi,dkk. 1985. Kosakata Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan  Jakarta
Sudarmanto. 2011. Kamus Lengkap Bahasa jawa. Semarang: Widya Karya