Sabtu, 10 Desember 2011

Ringkasan matakuliah berbicara

Metode Tanya jawab
Tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab, atau bisa juga suatu metode di dalam pendidikan di mana guru bertanyan sedang murid menjawab bahan atau materi yang ingin di perlehnya.
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam menerapkan metode ini adalah :
  1. Guru harus benar-benar menguasai bahan pelajaran, termasuk semua jawaban yang mungkin akan di dengarkannya dari murid atas suatu pertanyaan yang di ajukannya.
  2. Guru harus sudah mempersiapkan semua pertanyaan yang di ajukan olehnya kepada murid dengan cepat.
  3. Pertanyaan-pertanyaan harus jelas dan singkat ini harus di perhatikan, sebab pertanyaan-pertanyaan harus di ajukan secara lisan.
  4. Susublah pertanyaan dalam bahasa yang mudah di pahami murid.
  5. Guru harus mengarahkan pertanyaan pada seluruh kelas.
  6. Berikan waktu yang cukup untuk memikirkan jawaban pertanyaan, sehingga murid dapat merumuskannya dengan sistematis.
  7. Tanya jawab harus di lakukan dengan suasana yang tenang dan bukan dalam suasana yang tegang yang penuh dengan persaingan yang tidak sehat di antara anak didik.
  8. Agar sebanyak-banyaknya murid memperoleh giliran menjawab pertanyaan dan jika seseorang tidak dapat menjawab segera, giliran di berikan kepada murid yang lain
  1. Usahakan selalu agar setiap pertanyaan hanya berisi satu problem saja.
  2. Pertanyaan harus di bedakan dalam golongan pertanyaan pikiran dan pertanyaan reproduksi atau pertanyaan yang meminta pendapat dan hanya fakta-fakta. 
DIKSI ATAU PILIHAN KATA
 1. PENGERTIAN
Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata.
2. MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF
2.1 Makna Denotatif
Makna Denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya.
Misal : kata Makan
Kata ini berarti memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna ini berarti denotatif.
2.2 Makna Konotatif
Makna Konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Misal : Kata kamar kecil
Kata ini berarti sebuah ruangan yang kecil pada makna denotatif tapi pada makna konotatif berarti jamban.
Makna konotatif dan makna denotatif berhubungan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Dari contoh diatas kita dapat menyimpulkan makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, sedangkan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus.
3. MAKNA UMUM DAN KHUSUS
3.1 Kata Umum
Kata Umum adalah kata dengan acuan yang lebih luas
Misal : ikan, bunga, desa, kota, dan bangsa.

3.2 kata Khusus
Kata Khusus adalah kata yang acuannya lebih khusus atau spesifik
Misal : ikan gurame, bunga mawar, desa Sukamaju, Kota Depok, dan Bangsa Eropa
4. KATA KONKRET DAN ABSTRAK
4.1 Kata Konkret
Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindera
Misal : Meja,rumah, mobil, air, cantik, dll
4.2 Kata Abstrak
Kata yang acuannya tidak mudah diserap pancaindera. Kata ini biasa digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus.
5. SINONIM
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama tetapi bentuknya berlainan. Sinonim ini dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan.
Contoh :
Cerdas , cerdik
Agung, besar, raya
Mati, mangkat, wafat, meninggal
dan lain-lain.
Kesinoniman masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.
6. PEMBENTUKAN KATA
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui serapan.

6.1 Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kata baru, misalnya
Tata buku
Daya tahan
Daya pukul
Hari besar
Lepas tangan
6.2 Dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata-kata melalui pungutan kata
Kata pungut dari bahasa dari luar bahasa Indonesia dibagi menjadi 4 :
6.2.1 Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia
Misal : bank, opname, golf, dan lain-lain
6.2.2 Kita mengambil kata dan menyesuaikan kata itu
Misal : subject menjadi subjek, standard menjadi standar, dan lain-lain
6.2.3 Kita menerjemahkan istilah-istilah asing
Misal : starting point = titik tolak, hearing = dengar pendapat, dan lain-lain
6.2.4 Kita mengambil istilah yang tetap seperti aslinya
Misal : de facto, status quo, cum laude, ad hoc, dan lain-lain
Ada beberapa hal yang mempengaruhi pilihan kata, diantaranya :
  • Tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang ‘diamanatkan’
  • kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya.
  • menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif.

Adapun fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.
Hal yang utama mengenai diksi adalah

1.Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.

2.Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari suatu gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kekompok masyarakat pendengar.

3.Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau pembendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.

KESESUAIAN DIKSI

Perbedaan ketepatan dan kecocokan pertama-tama mencakup soal kata mana yang akan digunakan dalam kesempatan tertentu, walaupun kadang-kadang masih ada perbedaan tambahan berupa perbedaan tata bahasa,pola kalimat, panjang atau kompleknya suatu alinea, dari beberapa segi lain. Perbedaan antara ketepatan dan kesesuaian dipersoalkan adalah apakah kita dapat mengungkapkan pikiran kita dengan cara yang sama dalam sebuah kesempatan dan lingkungan yang kita masuki.

A.Syarat-Syarat Kesesuaian Diksi

Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah sebagai berikut:
1.Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur substandard dalam situasi yang formal.

2.Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata popular.

3.Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.

4.Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata silang

5.Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.

6.Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).

7.Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial
Hal-hal tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam bagian-bagian di bawah ini

1. Bahasa Standar dan Sub Standar
Bahasa standar adalah semacam bahasa yang dapat dibatasi sebagai tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat. Kelas ini meliputi pejabat-pejabat pemerintah, ahli bahasa, ahli hukum, dokter, pedagang, guru, penulis, penerbit, seniman, insinyur, dan lain sebagainya
Bahasa non stsndar adalah bahasa dari mereka yang tidak memperoleh pendidikan yang tinggi. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk pergaulan biasa, tidak di pakai dalam tulisan. Kadang unsur ini digunakan juga oleh para kaum pelajar dalam bersenda gurau, dan berhumor. Bahasa non stadar juga berlaku untuk suatu wilayah yang luas dalam wilayah bahasa standar.
Bahsa standar lebih efektif dari pada bahasa non standar. Bahasa non standar biasanya cukup untuk digunakan dalam kebutuhan-kebutuhan umum.

2.Kata Ilmiah dan Kata Populer
Pilihan kata dalam hubungan dengan kesempatan yang dihadapi seseorang dapat dibagi atas beberapa macam kategori salah satunya adalah kata-kata
ilmiah melawan kata-kata populer.
Bagian terbesar dari kosa kata sebuah bahasa terdiri dari kata-kata yang umum yang dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik yang terpelajar maupun orang atau rakyat jelata. Maka kata ini dinamakan kata-kata populer.
Kata-kata ini juga dipakai dalam pertemuan-pertemuan resmi, dalam diskusi-diskusi yang khusus, dan dalam diskusi-diskusi ilmiah.
Contoh:
Kata populer kata ilmiah
Sesuai Harmonis
Pecahan Fraksi
Aneh Eksentrik
Bukti Argumen
Kesimpulan konklusi

3. Jargon
Kata jargon mengandung beberapa pengertian.
Jargon adalah suatu bahasa,dialek, atau struktur yang dianggap kurang sopan atau aneh tetapi istilah itu dipakai juga untuk mengacu semacam bahasa atau dialek hybrid yang timbul dari percampuran bahasa-bahasa, dan sekaligus dianggap sebagai bahasa perhubungan atau lingua franca.




Jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya.
Oleh karena jargon merupakan bahasa yang khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya bila dipakai untuk suatu sasaran yang umum. Sebab itu, hendaknya dihindari sejauh mungkin unsur jargon dalam sebuah tulisan umum.

4.Kata Percakapan
Kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan atau pergaulan orang-orang yang terdidik. Pengertian percakapan ini disini sama sekali tidak boleh disejajarkan dengan bahasa yang tidak benar, tidak terpelehara atau tidak disenangi.
Bahasa percakapan yang dimaksud disini lebih luas dari pengertian kat-kat populer, kata-kata percakapan mencakup pula sebagian kata-kata ilmiah yang biasa dipakai oleh golongan terpelajar

5.Kata Slang
Kata slang adalah kata-kata non standar yang disusun secara khas; bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan. Kadang kala kata slang yang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja.
Kata-kata slang sebenarnya bukan hanya terdapat pada golongan terpelajar, tetapi juga pada semua lapisan masyarakat.

6.Idiom
Idiom adalah pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya, misalnya: seorang asing yang sudah mengetahui makna kata makan dan tangan, tidak akan memahami makna perasa makan tangan. Siapa yang berfikir bahwa makan tangan sama artinya dengan kena tinju atau beruntung besar ? dan selanjutnya idiom-idiom yang menggunakan kata makan seperti: makan garam, makan hati, dan senagainya.

7.Bahasa Artifisial
Yang dimaksud dengan artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni.
Fakta dan pernyataan-pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan dengan sederhana dan langsung tak perlu disembunyikan.
Artifisial : Ia mendengar kepak sayap kalelawar dan guyuran sisa hujan dari dedaunan, karena angin kepada kemuning.
Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bima sakti yang jauh.
Biasa :Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin di daun.
Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang.

Batasan Kosa Kata dan Diksi
1.Pilihan Kata
Pilihan kata atau diksi adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Saat kita berbicara, kadang kita tidak sadar dengan kata – kata yang kita gunakan. Maka dari itu, tidak jarang orang yang kita ajak berbicara salah menangkap maksud pembicaraan kita.
2.Kata-Kata Ilmiah
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tentu saja sudah sangat sering mendengar kata ilmiah. Kata ilmiah seringkali dihubungkan dengan bidang pendidikan atau hal-hal yang berbau ilmu pengetahuan.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, kata ilmiah memiliki arti bersifat ilmu. Secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Namun, pengertian dari kata ilmiah itu sendiri tidak lantas menjelaskan keilmiahan dari sebuah karya atau kegiatan yang bersifat ilmiah. Untuk mengukur keilmiahan suatu karya atau kegiatan perlu ada tolok ukur.
3.Pembentukan Istilah dan Defenisi
Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dan yang dengan cermat mengungkpakan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4.Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang sudah diintegrasikan ke dalam suatu bahasa dan diterima pemakaiannya secara umum.
Contoh kata serapan dalam bahasa Indonesia adalah:
tetapi (dari bahasa Sansekerta tathâpi: namun itulah)
mungkin (dari bahasa Arab mumkinun: ?)
meski (dari bahasa Portugis mas que: walau)
Penyerapan kata dari bahasa Cina sampai sekarang masih terjadi di bidang pariboga termasuk bahasa Jepang yang agaknya juga potensial menjadi sumber penyerapan.
5.Hal-Hal yang Mempengaruhi Pilihan Kata
• Sebelum menentukan pilihan kata, maka harus diperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah makna dan relasi makna.
• Makna sebuah kata atau sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut Chaer (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu:
a. Makna Leksikal dan makna Gramatikal
b. Makna Referensial dan Nonreferensial
c. Makna Denotatif dan Konotatif
d. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
e. Makna Kata dan Makna Istilah
f. Makna Idiomatikal dan Peribahasa
g. Makna Kias dan Lugas
• Relasi adalah hubungan makna yang menyangkut hal kesamaan makna (sinonim), kebalikan makna (antonim), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi), kelebihan makna (redundansi) dan sebagainya.
6.Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata
Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis. Setelah diperlihatkan bentuk yang salah, diperlihatkan pula bentuk yang benar yang merupakan perbaikannya.
a.Penanggalan Awalan meng-
Penanggalan awalan meng- pada judul berita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam berita teks beritanya awalan meng- harus eksplisit.
Di bawah ini di perlihatkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
Amerika serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (salah)
Amerika serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (benar)
b.Penanggalan Awalan ber-
Kata-kata yang berawalan ber- sering menanggalkan awalan ber-. Padahal, awalan ber- harus dieksplisitkan secara jelas.
Dibawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar dalam pemakaiannya.
Sampai jumpa lagi. (salah)
Sampai berjumpa lagi. (benar)
c.Peluluhan bunyi /c/
Kata dasar yang diawal bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan meng-. Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan meng-.
Dibawah ini diperlihatkan bentuk salah dan bentuk benar.
Wakidi sedang menyuci mobil. (salah)
Wakidi sedang mencuci mobil. (benar)

d.Penyengauan Kata Dasar
Ada lagi gejala penyengauan bunyi awalan kata dasar. Penyengauan kata dasar ini sebenarnya adalah ragam lisan yang di pakai dalam ragam tulis. Akhirnya, pencampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian.
Kita sering menemukan pengunaan kata-kata, mandang, ngail, ngantuk, nabrak, nanam, nulis, nyubit, ngepung, nolak, nyabut, nyuap, dan nyari. Dalam bahasa Indonesia baku tulis, kita harus menggunakan kata-kata memandang, mengail, mengantuk, menabrak, menanam, menulis, mencubit, menolak, mencabut, menyuap, dan mancari.
e.Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang Berimbuhan meng-/peng-
Kata dasar yang bunyi awalnya /s/, /k/, /p/, atau /t/ sering tidak luluh jika mendapat awalan meng- atau peng-. Padahal, menurut kaidah baku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau.
Di bawah ini dibedakan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian sehari-hari.
Eksistensi Indonesia sebagai negara pensuplai minyak sebaiknya di pertahankan. (salah)
Eksistensi Indonesia sebagai negara penyuplai minyak sebaiknya di pertahankan. (benar)
f.Awalan ke- yang Keliru
Pada kenyataanya sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter- sering diberi berawalan ke-. Hal itu disebabkan oleh kekurang cermatan dalam memilih awalan yang tepat. Umumnya kesalahan itu dipengaruhi oleh bahasa daerah (Jawa/Sunda).
Dibawah ini di paparkan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian.
Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini. (salah)
Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini. (benar)
g.Pemakaian Akhiran ir-
Pemakaian akhiran ir- sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku untuk padanan akhiran ir- adalah –asi atau –isasi. Di bawah ini di ungkapkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu. (salah)
Saya sanggup mengoordinasi kegiatan itu. (benar)
h.Padanan yang Tidak serasi
Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang serasi, yang muncul dalam pembicaraan sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau tidak serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang atau bergabung dalam sebuah kalimat.
Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memproleh kredit. (benar)
Karena modal di bank terbatas sehingga semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (benar)

Bentuk-bentuk di atas adalah bentuk yang mengabungkan kata karena dan sehingga, kata apabila dan maka, dan kata walaupun dan tetapi. Penggunaan dua kata itu dalam sebuah kalimat tidak di perlukan.
Bentuk-bentuk lainya yang merupakan padanan yang tidak serasi adalah disebabkan karena, dan lain sebagainya, karena. . . . maka, untuk . . . maka, meskipun . . . tetapi, kalau . . . maka, dan sebagainya.
Bentuk yang baku untuk mengganti padanan itu adalah disebabkan oleh, dan lain-lain, atau dan sebagainya; karena/untuk/kalau saja tanpa diikuti maka,atau maka saja tanpa didahulai karena/untuk/kalau; meskipun saja tanpa di susul tetapi atau tetapi saja tanpa di susul meskipun.
i.Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, dari pada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian di, ke, dari, bagi, dan daripada sering dipertukarkan.
Di bawah ini dipaparkan bentuk benar dan bentuk salah dalam pemakaian kata depan.
Putusan daripada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (salah)
Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (benar)
Meja ini terbuat daripada kayu. (salah)
Meja ini terbuat dari kayu. (benar)
j.Pemakaian Akronim (Singkatan)
Singkatan ialah hasil menyingkat atau memendekan berupa huruf atau gabungan huruf seperti PLO, UI, DPR, KPP, KY, MA, KBK, dan KTSP. Yang dimaksud dengan bentuk singkatan ialah kontraksi bentuk kata sebagai mana dipakai dalam ucapan cepat, seperti lab (laboratorium).
Pemakaian akronim dan singkatan dalam bahasa Indonesia kadang- kadang tidak teratur. Singkatan IBF mempunyai dua makna, yaitu international boxing federation dan international badminton federation. Oleh sebab itu, pemakaian akronim dan singkatan sedapat mungkin dihindari karena sudah umum maknanya telah mantap.
k.Penggunaan Kesimpulan, Keputusan, Penalaran, dan Pemukiman
Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan.
Kata keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata putusan.
Kata permukiman bersaing dengan kata pemukiman.
Lalu bentukan manakah yang sebenarnya paling tepat? Apakah yang tepat kesimpulan yang salah simpulan, ataukah sebaliknya yang tepat keputusan yang salah putusan, ataukah sebaliknya. Mana yang benar penalaran ataukah penalaran; kata pemukiman atau pemukiman?
berbentuk ‘proses’ yang berimbuhan peng-an dan dapat pula dibentuk menjadi nomina yang bermakna ‘hasil’ yang beribuhan –an.
Contoh:
Paman saya sudah membeli rumah di pemukiman Puri Giri Indah. (salah)
Paman saya sudah membeli rumah di permukiman Puri Giri Indah. (benar)
l. Penggunaan Kata yang Hemat
Salah satu ciri pemakaian bahasa yang efektif adalah pemakaian bahasa yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun dalam komunikasi sehari-hari sering dijumpai pemakaian kata yang tidak hemat (boros).
Berikut ini daftar kata yang sering digunakan tidak hemat itu.
Boros / Hemat
1. sejak dari / sejak atau dari
2. agar supaya agar / supaya
3. demi untuk / demi atau untuk
Marilah kita lihat perbandingan pemakaian kata yang boros dan hemat berikut.
Karburator adalah bagian mesin motor tempat dimana gas bahan bakar minyak bercampur dengan udara. (boros, salah)
Karburator adalah bagian mesin motor tempat gas bahan bakar minyak bercampur dengan udara. (Hemat, Benar)
Perkembangan teknik mobil akhir-akhir ini sangat pesat sekali. (Boros, Salah)
Perkembangan teknik mobil akhir-akhir ini sangat pesat. (Hemat, Benar)
Pemakaian kata yang boros seperti sejak dari, adalah, merupakan, demi untuk, agar supaya, dan zaman dahulu kala juga harus di hindari.
m.Analogi
Di dalam dunia olahraga terdapat istilah petinju. Kata petinju berkolerasi dengan kata bertinju. Kata petinju berarti ‘orang yang (biasa) bertinju’, bukan ‘orang yang (biasa) meninju’.
Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan petinju, seperti pesenam, pesilat, pegolf, peterjun, petenis, dan peboling. Akan tetapi, apakah semua kata dibentuk dengan cara yang sama dengan pembentukan kata petinju? Jika harus dilakukan demikian, akan tercipta bentukan seperti berikut ini.
Petinju ‘orang bertinju’
Pesenam ‘orang yang bersenam’
Pesilat ‘orang yang bersilat’
Peski ‘orang yang berski’
Oleh sebab, itu munculnya kata
Peski
Peselancar
Pegolf
Petenis
Peboling
Pada dasarnya tidak dibentuk dari
Berski (yang baku bermain ski)
Berselancar (yang baku bermain selancar)
Bergolf (yang baku bermain golf)
Bertenis (yang baku bermain tenis)
n.Bentuk Jamak dalam Bahasa Indonesia
Dalam pemakaian sehari-hari, kadang-kadang orang salah mengunakan bentuk jamak dalam bahasa Indonesia sehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau.
Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan, seperti
Kuda-kuda
Meja-meja
Buku-buku
2) Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan, seperti
Beberapa meja
Sekalian tamu
Semua buku
Dua tempat
Sepuluh computer
3) Bentuk jamak dengan menambah kata Bantu jamak, seperti para tamu.
4) Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang seperti
Mereka
kita
Kami
kalian
Dalam pemakaian kata sehari-hari orang cenderung memilih bentuk jamak asing dalam menyatakan jamak dalam bahasa Indonesia. Dibawah ini beberapa bentuk jamak dan bentuk tunggal dari bahasa asing.

BentukTunggal Bentuk Jamak
datum data
alumnus alumni
alim ulama
Dalam bahasa Indonesia bentuk datum dan data yang dianggap baku ialah data yang dipakai sebagai bentuk tunggal. Bentuk alumnus dan alumni yang dianggap baku ialah bentuk alumni yang dipakai sebagai bentuk tunggal. Bentuk alim dan ulama kedua-duanya dianggap baku yang di pakai masing-masing sebagai bentuk tunggal. Oleh sebab itu, tidak salah kalau ada bentuk.
Beberapa data,
Tiga alumni, dan seterusnya.
o.Penggunaan di mana, yang mana, hal mana
Kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata dimana tersebut harus diubah manjadi yang, bahwa, tempat, dan sebagainya.
Kesimpulan
Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata.
Saran
Jika ingin membuat kalimat harus lah menggunakan diksi atau pilihan kata yang tepat.

Daftar pustaka
kafeilmu.com/tema/contoh-diksi-atau-pilihan-kata.html
savvior.blogspot.com/2010/10/diksi-atau-pilihan-kata.html
zizturn.wordpress.com/2009/10/18/diksi-atau-pilihan-kata/










Tidak ada komentar:

Posting Komentar